Jumat, 21 Agustus 2009

Saat Harus Kembali Bekerja

Kompas.com Rabu 19 Agustus 2009 | 19:41 WIB

Usai melahirkan dan menikmati masa menjadi ibu selama tiga bulan penuh, kini saatnya Anda harus kembali ke kantor. Ada perasaan tak rela harus meninggalkan si kecil, namun pekerjaan dan pergaulan di kantor juga terasa begitu menggoda. Namun, ketika akhirnya hari pertama masuk kerja itu datang, hati Anda begitu hancur. Anda tidak tega mendengarkan si kecil menangis begitu pilu, melihat sang ibu bersiap-siap meninggalkan dirinya. Saat itu mungkin Anda akan merasa begitu tidak bertanggung jawab, tidak mampu melakukan tugas sebagai ibu sepenuhnya.
Maka, Anda perlu dukungan orang lain untuk menggantikan tugas Anda sementara Anda tidak di rumah. Orang lain itu bisa suami, pengasuh, orangtua, mertua, atau bahkan tetangga. Mintalah nasihat mengenai bagaimana harus mengasuh anak saat Anda harus kembali bekerja. Diskusikan harapan-harapan Anda mengenai gaya hidup ibu bekerja, termasuk dengan atasan, dan apa yang mereka harapkan dari Anda. Diskusi ini akan memberikan bayangan pada Anda bagaimana harus menghadapi masa transisi antara tugas mengasuh anak dan bekerja di kantor. Penting untuk Anda ketahui, bahwa berkonsentrasi pada pekerjaan di kantor sama pentingnya dengan perhatian untuk si kecil.
Untuk memberi gambaran pada Anda, simak tips dari Ariane de Bonvoisin, penulis The First 30 Days dan pendiri first30days.com, website yang didedikasikan untuk membantu Anda menghadapi perubahan dalam hidup.
Bagaimana memaksimalkan waktu dengan bayi?
Selama ini kita selalu mengatakan, kualitas lebih penting dari kuantitas. Karena itu, saat Anda sedang di rumah, pastikan bahwa diri Anda benar-benar hadir untuk si kecil. Bagaimana caranya? Mudah saja: matikan televisi, singkirkan ponsel, dan terutama keharusan meng-update status di Facebook. Lakukan ini, hanya bila Anda memang peduli pada si kecil. Untuk memberikan waktu berkualitas pada si kecil, Anda bisa mengajaknya ngobrol, misalnya dengan bercerita mengenai apa saja yang Anda lakukan di kantor. Misalnya, "Hari ini Ibu ada rapat, lamaaa... sekali. Padahal Ibu sudah kangen sama kamu." Bertanyalah juga pada si kecil, apa yang dia lakukan hari ini (meskipun Anda harus menjawabnya sendiri). Meskipun bayi tidak bisa berbicara, yang penting adalah komunikasi dan kontak batin antara Anda dengannya. Berbagi cerita akan memungkinkan Anda untuk mengekspresikan emosi, dan membantu si bayi meluapkan emosinya juga.
Perasaan apa yang bisa diharapkan?
Anda mungkin akan merasa begitu lelah, bahkan mungkin depresi. Namun perasaan yang paling Anda rasakan mungkin adalah rasa bersalah karena meninggalkannya begitu lama di rumah. Atau justru karena Anda merasa lega dapat meninggalkan rumah menuju kantor? Itu pun wajar saja. Jika rasa bersalah ini muncul, ingatkan diri Anda mengapa Anda harus berangkat ke kantor, dan mengapa hal itu merupakan pertanda baik. Lalu, tetaplah berpegang pada pikiran tersebut. Rasa bersalah akan memudar bersama kesibukan yang Anda alami di kantor, dan Anda akan merasa lebih baik sesudahnya. Mungkin Anda akan merasa iri hati dengan teman yang suaminya begitu cekatan mengurus bayi. Namun tak ada gunanya membanding-bandingkan. Lebih baik Anda minta teman-teman yang lain berbagi tips merawat bayi.
Anda mungkin akan membutuhkan pengakuan, entah dari teman atau dari keluarga, bahwa Anda telah melakukan hal yang benar. Namun pengakuan tersebut seharusnya bukan karena Anda mampu menyeimbangkan karir dan pekerjaan di rumah, melainkan karena Anda telah mengusahakan yang terbaik untuk si kecil.
Lima cara sukses melewati masa transisi:
1. Sewa seorang pengasuh, entah pembantu rumah tangga atau baby sitter. Jika mereka datang untuk bernegosiasi dengan Anda, ajak si kecil bersama Anda, untuk mengetahui bagaimana interaksi mereka terhadap anak. Berlatihlah bersama-sama dengan pengasuh untuk menjalankan kegiatan rutin bersama anak.
2. Delegasikan tugas. Sebagai manajer rumah tangga, Anda wajib mendelegasikan tugas kepada suami maupun pengasuh untuk mengambil alih tanggung jawab atas si bayi ketika Anda sedang beraktivitas. Anda tak punya pengasuh, dan belum berani menyerahkan si kecil pada suami? Minta ia menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga yang lain, seperti mencuci pakaian atau menyapu dan mengepel lantai.
3. Menyesuaikan diri. Pastikan Anda tidak banyak menceritakan problem Anda bersama si kecil saat berada di kantor, atau simpan untuk sahabat terdekat Anda saja. Hal ini untuk memastikan bahwa perhatian Anda benar-benar tercurah ke pekerjaan, bukan kepada bayi di rumah.
4. Tetap berhubungan. Dalam minggu-minggu pertama, usahakan pengasuh pergi berlibur saat weekend sehingga Anda bisa menyediakan waktu berkualitas untuk si kecil. Sambil berusaha menyesuaikan diri dengan jadual kehidupan Anda yang baru, Anda bisa menemukan jalan keluar untuk membantu Anda menenangkan diri.
5. Nikmati peran baru Anda. Ini yang terpenting. Bila kehadiran bayi memang sudah lama Anda nantikan, pantaskah Anda berkeluh-kesah saat harus pontang-panting membagi perhatian antara pekerjaan, suami, dan si kecil? Anda bekerja untuk mencari uang bagi keperluan si kecil, maka bekerjalah dengan senang. Saat di rumah, ikuti semua perkembangan si kecil, dan jangan biarkan Anda melewatkan satu momen pun agar Anda bisa menjadi ibu yang seutuhnya

Tidak ada komentar:

Jangan Lupa Waktu yaa...

Jadwal Shalat Jakarta dan Sekitarnya

Blogging gak bisa menghasilkan uang? Siapa bilang? Coba klik deh...