Selasa, 19 Oktober 2010

Dua Ribu Rupiah Saja Ayaaaah............. (bagian I)



Sebagai reward karena sudah tidak mengompol lagi, setiap berangkat ke kantor Ayah selalu memberikan Abi uang sebesar Rp. 1000,- Selain untuk 'reward' maksud kami memberikan Abi uang seribu rupiah adalah untuk membiasakan Dia menabung sejak dini. Kebetulan Abi sangat suka sekali mengoleksi mainan Thomas and Friends yang bagi kami cukup mahal. Dan alhamdulillah koleksinya sekarang sudah bertambah, dari hasil tabungannya. Dan yang yang paling mengesankan, Abi sanggup menunggu beberapa bulan, atau bahkan setahun untuk bisa mendapatkan koleksi mainan yang diingankannya. Yang pasti sampai uangnya cukup.
Menjelang lebaran tahun ini, kepintarannya bertambah. Tidurnya sudah tidak harus di kipas-kipas lagi (biasanya kalau mau tidur tanganku atau ayah sampai pegal mengipasi atau menggaruk punggungnya). Jadilah rewardnya bertambah dari seribu rupiah menjadi dua ribu rupiah. Dan itu berlanjut sampai suatu saat Abi bangun jam 5 pagi tanpa harus dibangunkan terlebih dahulu dan tanpa ada tangisan. Waaah, bagi kami hal itu suatu kemajuan yang sangat pesat. Dan yang lebih mengejutkan, dia membantuku mencuci pakaian. Walaupun yang dicuci hanya celana dalamnya saja, tapi bagi kami bantuannya sudah sangat berarti. Yuppp... 'Abi mau bangun pagi, biar bisa bantuin bunda nyuci' katanya polos.
Jadi hari itu Abi dapat tambahan tabungan Rp. 5.000,-. Satu-Dua hari Abi mendapatkan reward tambahannya, dan dia mengompol.... ..., tapi tetap bangun pagi dan mencuci satu celana dalamnya. Jadi hari itu ayah hanya memberinya dua ribu rupiah saja. Setelah ayah berangkat, sambil tiduran dan memegang uang dua ribunya, dia berkata, "Bunda, sebenarnya Abi tadi malam ngompol supaya dikasih uang duaribu aja sama ayah..."
(bersambung...)

Selasa, 05 Oktober 2010

Pengusaha Soto Mie yang Kaya

Hari Minggu yang lalu, seperti biasa kami pergi ke Perumahan di belakang kompleks kami untuk mencari sarapan yang enak dan murah. Ternyata tukang bubur ayam langganan sudah menanti (satu minggu sebelumnya masih tutup karena liburan lebaran). aku dan ayah jadilah makan bbur ayam, tetapi ketika ditawarkan Ambi tidak mau makan bubur ayam. Dan ternyata dia Ingin makan sotoMie.
Akhirnya setelah makan bubur ayam, aku menemani Abi makan Soto Mie. Biasanya kami makan di lur tenda, supaya bisa melihat pemandangan di luar dengan jelas. Tapi karena penuh (maklum, kalau hari minggu banyak orang yang ikut senam pagi), kami pun masuk kedalam tenda.
Di dalam tenda sudah ada seorang kakek yang sudah sangat tua, sedang makan soto mienya. akupun tidak terlalu memperhatikannya lagi karena sibuk memesan dan menyiapkan tempat duduk untuk Abi. Seperti biasa dengan keramahannya Sang penjual soto mie berkata pada saya, "Tunggu sebentar ya ,Bu". Aku pun menjawab, iya Pak, tidak apa-apa.(karena memang antriannya lumayan panjang).Setelah duduk aku melihat kakek tua yang sudah selesai makan, berdiri dan berniat untuk membayar soto mienya. Tapi yang membuat Aku tersentuh, Sang penjual soto mie menolak bayarannya, tidak usah pak ujarnya, tapi Si Bapak tua masih berusaha membayar. Tapi dengan penuh keramahan Sang penjual soto Mie berkata bahwa bapak tua itu tidak usah membayar, dan yang lebih mencengangkan lagi Beliau menguucapkan Terimakasih kepada Bapak Tua itu seperti saat dia berterimakasih kepada para pelanggannya yang lain.
Sungguh bagiku pemandangan seperti itu sangat mengharukan, di saat 'Orang kaya' saling berebut harta yang jelas-jelas bukan haknya seperti yang selalu Kita lithat di berita-berita TV, di sini Aku melihat orang kaya yang sebenar-benarnya, Seorang Pengusaha Soto Mie yang begitu kaya hati dan kaya senyuman.

Jangan Lupa Waktu yaa...

Jadwal Shalat Jakarta dan Sekitarnya

Blogging gak bisa menghasilkan uang? Siapa bilang? Coba klik deh...