Rabu, 05 Agustus 2009

Gangguan Perkembangan si Kecil

Seputar Indonesia, Selasa, 4 Agustus 2009

BALITA normal biasanya sudah mulai berceloteh sejak usia enam bulan.Tapi kalau sampai usia setahun si bayi masih diam saja,ibu pun jadi bertanyatanya: apakah anak saya punya kebutuhan khusus? Hal tersebut tentunya menjadi kecemasan setiap orangtua.

Pasalnya, jika ternyata si buah hati tergolong anak-anak dengan kebutuhan khusus (ABK) atau special needs,dibutuhkan treatment (penanganan) khusus untuk mengobati “kekhususannya” tersebut. Treatment ini berbeda-beda untuk masing-masing anak, tergantung apa yang dibutuhkannya. Kepala Sekolah Kriansa Special Education di Kemang Jakarta Selatan, Puti Herryanti, mengungkapkan, anak-anak dengan kebutuhan khusus biasanya memerlukan terapi yang sangat banyak.Misalnya fisioterapi, okupasi terapi, terapi wicara.

”Terapi tidak bisa dipisahkan dari pendidikan anakanak special needs ini. Perpaduan antara edukasi dan terapi diharapkan dapat memberi manfaat lebih bagi anak-anak seperti mereka,” ujar alumnus Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini. Memiliki anak berkebutuhan khusus bukan berarti akhir dari segalanya.

Orangtua tak perlu berputus asa, karena melalui penanganan secara dini dan intensif, akan diperoleh kemajuan dalam perkembangan anak-anak sesuai dengan potensi yang dimiliki masing- masing anak. Pemilik pusat terapi dan home school “Kubis” di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Dani Yusuf, mengungkapkan, orangtua harus mendukung anak dan berkomitmen untuk menjadikannya lebih baik.

“Bila anak dicintai, perkembangannya akan lebih cepat,” katanya. Selain kasih sayang dan perhatian, anak dengan gangguan perkembangan juga harus dihargai karyanya. Jangan sekali-kali menyalahkan anak atas kreasi yang berbeda.Biarkan dia sukses dalam bidang yang disukainya. Dengan kata lain,optimalkan kemampuannya dan minimalisasi kekurangannya. Di sisi lain, anak dengan kebutuhan khusus perlu dihargai keberadaannya sebagai bagian dari lingkungan.

Mungkin tampak aneh ketika melihat seorang anak autis yang berdiam diri sambil jongkok di bawah meja. Jangan ditertawakan apalagi dimarahi, karena secara mental terkadang mereka lebih sensitif. Akibatnya, anak jadi drop dan mulai menangis. Sebaliknya, cobalah dekati dengan kelembutan dan kasih sayang.Kehadiran orang terdekat seperti ibu atau suster pengasuh mungkin bisa membuatnya lebih tenang, terutama bila si anak sedang ketakutan akan sesuatu. Sebagai orang tua,Anda harus bisa membuat tenang.

Buatlah suasana yang kondusif supaya si kecil tak tertekan.Karena dalam keadaan tertekan anak akan semakin sulit berkonsentrasi. Marah juga akan membuat kondisi buah hati Anda semakin buruk. Memang butuh kesabaran untuk mendidik anak tersebut. Bila perlu rajin-rajinlah riset untuk mendapatkan pengetahuan soal terapi anak berkebutuhan khusus.

Terkait gangguan perkembangan, Dani menekankan pentingnya kepekaan orangtua dalam mendeteksi kemungkinan kelainan atau gangguan dalam perkembangan anaknya.“Makin dini diketahui, makin cepat pula perbaikannya. Setelah 7–8 bulan terapi, perbaikan umumnya sudah mencapai delapan puluh persen,” ujarnya.

Adapun perbaikan yang tampak misalkan perilaku yang lebih sopan (kenal dengan aturan normatif), memberi tahu suster ketika ingin minum (bukannya marahmarah sambil melempar gelas), meletakkan barang sesuai tempatnya, serta perilaku yang lebih baik di sekolah. “Rata-rata untuk anak usia 5–6 tahun, setelah setahun diterapi sudah dapat dirujuk ke sekolah umum,”katanya.(inda susanti)

Tidak ada komentar:

Jangan Lupa Waktu yaa...

Jadwal Shalat Jakarta dan Sekitarnya

Blogging gak bisa menghasilkan uang? Siapa bilang? Coba klik deh...